Minggu, 07 April 2013

5 elemen penting dari menulis yang baik:




A.purpose to entertain

Mengetahui tujuan menulis sangat penting, karena menulis merupakan pekerjaan yang memerlukan waktu dan pemikiran dan bukan suatu permainan atau rekreasi. Sebagai suatu pekerjaan, harus dilakukan dengan dorongan yang kuat. Dorongan yang kuat muncul karena adanya tujuan yang jelas. Keraf (1993: 34) mengemukakan bahwa tujuan menulis adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada pembaca.
 Setiap penulis memiliki tujuan dalam menuangkan pikiran/gagasan dan perasaannya melalui bahasa tulis, baik untuk diri sendiri dan orang lain. Contoh tujuan menulis untuk diri sendiri antara lain agar tidak lupa, agar rapi, untuk menyusun rencana, dan untuk menata gagasan/pikiran. Bentuk tulisan tersebut dapat dituangkan dalam buku harian, catatan perkuliahan, catatan rapat, catatan khusus, dan sebagainya. Contoh tujuan menulis untuk orang lain antara lain untuk menyampaikan pesan, berita, informasi kepada pembaca, untuk memengaruhi pandangan pembaca, sebagai dokumen autentik, dan sebagainya.
Umumnya, terdapat dua kondisi penulis terkait tujuan menulis. Ada penulis yang dengan sangat sadar terhadap dampak positif dan negatif terhadap apa yang ditulis. Namun, ada juga penulis yang tidak menyadarinya kedua dampak tersebut. Seorang penulis profesional memiliki kesadaran tinggi terhadap tujuan kegiatan penulis. Seorang penulis amatir terkadang hanya sekadar menuangkan gagasannya ke dalam wujud tulisan hanya untuk kepuasan dan tidak menyadari dampak pisitif dan negatif dari apa yang sudah ditulisnya.
Ketika tulisan sudah dibaca dan pesan sudah diterima oleh pembaca, terkadang penulis baru menyadari dampak tulisannya. Penulis memberikan klarifikasi jika tulisan itu memberikan dampak negatif. Dampak negatif ini bisa muncul akibat asumsi penulis dan pembaca yang berbeda. Maksud penulis mengarah ke arah tertentu, sedangkan asumsi pembaca mengarah ke arah yang lain. Akibatnya, muncul pesan baru yang diterima pembaca. Sebelumnya, pesan ini tidak dirancang dan diduga oleh penulis. Akhirnya, muncullah kesalahan pemahaman dan memberikan akibat tertentu. Sebaliknya, jika tulisannya berdampak positif, penulis akan membiarkannya meskipun sebelumnya tidak dirancang dan diduga oleh penulis. Intinya Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan, yaitu untuk mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi pembaca, dan untuk meng-hasilkan karya tulis.
Jenis tulisan menurut tujuan menulis sebagai berikut.
·         Narasi yakni karangan/tulisan ekspositoris maupun imajinatif yang secara spesifik menyampaikan informasi tertentu berupa perbuatan/tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
·         Deskripsi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan ataupun kemanusiaan).
·         Penyampaiannya dilakukan secara objektif, apa adanya, dan terperinci.
·         Ekposisi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan de-ngan tujuan menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal sehingga pengetahuan pendengar/pembaca menjadi bertambah.
·         Argumentatif yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan infor-masi tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilaku-kan dengan tujuan mempengaruhi, memperjelas, dan meyakinkan.
·         Persuasif:karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tu-
·         juan mempengaruhi, meyakinkan, dan mengajak

B. CLarity
THOSE WHO WRITE CLEARLY HAVE READERS,THOSE WHO WRITE OBSCURELY HAVE COMENTATORS
-ALBERT CAMUS
Albert Camus, seorang penulis yang kita kenal juga sebagai pemikir, menyarankan kita untuk menulis dengan jelas. Sederhana nasihatnya, tetapi dalam implementasinya bisa sangat rumit. Contohnya seperti saya sendiri merasakan sukarnya menulis dengan memegang prinsip ini. Saat ide langka, saya memaksakan menulis dengan apa yang ada di kepala. Setelah ide yang langka itu habis, terjebaklah saya dalam repetisi. Mengulang-ulang gagasan yang sama, struktur yang sama dan kata yang sama pula. Akhirnya kejelasan ide pokok tidak tercapai. Semua kabur.
Saat banjir ide, masalahnya berbeda tetapi akibatnya juga sama, mengaburkan ide pokok. Ide-ide yang keluar bersamaan bisa membuat saya kewalahan. Mengaturnya menjadi lebih menantang. Dan tidak jarang ide itu beragam topiknya dan susah menghubungkannya menjadi satu rangkaian yang terhubung benang merah yang menyatukan. Semuanya asal dan sembarang tuang. Tak peduli saling relevan, kohesif dan koheren atau tidak. Yang penting layar tidak kosong. Yang penting ada kata yang bisa kita suguhkan pada pembaca. Yang penting sudah menulis!
Meski demikian, inilah tahap yang harus dilalui untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas. Mau berpikir lebih keras jika memang kurang lengkap dan mau berlapang dada merelakan kalimat-kalimat indah yang tidak relevan dalam tulisan kita. Menulis artikel yang jelas tidak mungkin tanpa ide yang jelas. Kata Gunning (1952), “clear writing is based on clear thinking“. Ide yang jelas seringkali merupakan proses panjang. Bisa memakan waktu berpekan-pekan, atau bahkan bertahun-tahun. Ini adalah waktu ‘menggodog’ ide. Ketika ide sudah matang, saatnya menulis dimulai. Apa yang harus dilakukan untuk menulis artikel yang jelas? Salah satunya adalah dengan mengembangkan alur cerita (story line) yang sederhana.
Kejelasan dalam menulis sangat penting untuk memastikan bahwa ide kita bisa ditangkap oleh pembaca dengan mudah. Jangan biarkan waktu berharga pembaca hilang hanya untuk memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak perlu dalam memahami artikel kita. Atau, resikonya artikel kita tidak akan pernah dibaca orang, dan menutup kemungkinan menjadikannya bermanfaat.

C. AUDIENCE
Alasan seseorang dalam menulis dapat memengaruhi hasil tulisannya. Jika seseorang menulis untuk menyenangkan dirinya sendiri, tulisan tersebut mungkin hanya menjadi konsumsi pribadi. Dalam menulis, tentunya ia tidak mempertimbangkan siapa yang akan membaca tulisan tersebut karena ia tidak menulis untuk para pembaca, tetapi untuk dirinya sendiri. Berbeda dengan para penulis yang ingin membagikan apa yang dia pikirkan kepada orang lain. Itu berarti dia menulis untuk pembacanya.
MENGETAHUI PEMBACA         
Menulis untuk pembaca dapat diawali dengan mengenali para pembacanya terlebih dahulu. Anda perlu mengetahui pembaca yang menjadi target tulisan Anda. Hal ini akan menentukan cara penyampaian dan muatan yang akan ditulis. Dengan mengenali pembaca, Anda dapat mengetahui apa yang dibutuhkan pembaca dan bagaimana memenuhinya lewat tulisan-tulisan Anda. Jika tulisan Anda memenuhi kebutuhan target pembaca yang kita tuju, pastinya mereka akan membaca tulisan-tulisan kita.
Tulisan untuk orang dewasa tentunya berbeda dengan tulisan untuk anak-anak. Jika yang menjadi target tulisan Anda adalah anak-anak, pastinya tulisan yang Anda buat tidak menggunakan bahasa ilmiah yang berat dan sulit dimengerti anak. Anda lebih baik menulis sesuatu yang ringan, dituturkan dalam bahasa anak-anak yang mudah dimengerti, namun tetap memuat pesan yang dapat ditangkap untuk anak-anak.
Ø  MEMUAT PESAN UNTUK PEMBACA
Ø  Setiap penulis yang memunyai arah dalam menulis pasti menetapkan tujuan tertentu ketika membuat tulisannya. Tulisan dapat dibuat dengan tujuan menghibur, memberikan informasi, bahkan mendidik. Ketiganya dapat pula menjadi satu kesatuan dalam sebuah tulisan. Tulisan memiliki kelebihan dan kekuatan yang besar, yaitu dapat memberikan pengaruh yang signifikan bagi para pembacanya. Oleh karena itu, sebelum menulis tetapkanlah tujuan Anda. Banyak yang telah menyadari pengaruh besar dari sebuah tulisan sehingga mereka memilih menggunakan media tulisan untuk meraih tujuan-tujuannya.


Ø  MEMERHATIKAN MEDIA YANG DIPAKAI PEMBACA 

Ø  Dalam menulis, Anda juga perlu memerhatikan media yang dipakai oleh para pembaca. Tidak semua pembaca menggunakan bentuk maupun jenis media yang sama. Ada yang lebih senang membaca melalui media internet (situs, blog, milis publikasi) atau media cetak (surat kabar, majalah, buletin, dan lainnya). Pada umumnya, perbedaan membaca menggunakan media tertentu adalah karena setiap pembaca memiliki karakter yang berbeda-beda pula.
Ø  Pembaca yang lebih senang membaca media cetak dengan jenis surat kabar tentu berbeda dengan mereka yang memilih membaca dari jenis majalah. Pembaca surat kabar cenderung memilih sesuatu yang aktual dan informasi yang dapat cepat mereka tangkap. Pembaca majalah lebih senang membaca sesuatu yang ringan dan menghibur mereka di kala senggang. Pembaca yang menggunakan media cetak berbeda pula dengan pembaca di media internet. Dibanding pembaca media cetak, pembaca media internet ingin sesuatu yang lebih ringkas dan padat. Mereka tidak akan menghabiskan banyak waktu untuk membaca tulisan-tulisan yang terlalu panjang. Jadi, dalam membuat tulisan, perhatikanlah media yang Anda gunakan sehingga tulisan Anda pun dapat menarik atensi dari pembaca yang menggunakan media-media tersebut.
Ø  Selain dibagi dalam bentuk dan jenis, pembaca juga sangat memerhatikan sasaran dari media-media tersebut, apakah untuk umum atau untuk kelompok khusus. Akan lebih mudah bagi penulis Kristen untuk menyampaikan kabar Injil apabila media yang mereka pilih adalah media khusus bagi orang-orang Kristen, misalnya majalah gereja, situs Kristen, maupun warta jemaat. Tetapi, bukan berarti penulis Kristen tidak dapat menyampaikan pesan Injil melalui media umum. Hal tersebut merupakan tantangan yang justru harus dijawab. Bahkan, dengan menulis di media umum, kesempatan untuk mewartakan Injil menjadi lebih luas lagi. Tinggal bagaimana sekarang para penulis Kristen terus mengasah kemampuan dan menambah wawasan seluas mungkin sehingga dapat menulis hal-hal umum yang bermuara pada kebenaran sejati itu.
Ø  STRATEGI PENYAJIAN TULISAN
Ø  Setelah mengetahui target pembaca, menetapkan tujuan tulisan, memerhatikan hal-hal agar dapat menulis bagi pembaca, strategi penyajian tulisan juga perlu diperhatikan.
Ø  Tulisan yang disajikan harus merupakan sesuatu yang menarik pembaca, seperti sesuatu yang sedang marak, baru, segar, maupun sesuatu yang dibutuhkan pembaca dalam kondisi-kondisi khusus. Penulis juga harus dapat menyampaikan tulisan dengan sebaik mungkin. Dengan kata lain, dapat dipahami pembaca karena apa yang menjadi gagasan penulis dapat diwujudnyatakan lewat jalinan kalimat-kalimat dalam tulisan.
Ø  Bagaimana caranya? Menulis dan terus menulis, itu yang dapat penulis lakukan agar semakin terampil dalam menulis. Sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi adalah setiap penulis harus selalu menambah wawasan dan mengembangkan diri sehingga bank data penulis semakin luas dan berkembang.
Ø  MENETAPKAN STANDAR
Ø  Meskipun tujuan kita menulis adalah untuk dibaca para pembaca, seorang penulis perlu menetapkan standar tertentu. Apa yang diinginkan pembaca tidak harus selalu dipenuhi oleh penulis. Apabila karakter pembaca adalah orang-orang yang menyukai sesuatu yang tidak baik, misalnya kekerasan dan pornografi, jangan sampai penulis terseret ke dalamnya dengan menyajikan tulisan-tulisan yang semakin merusak pembaca tulisan kita.
Ø  Hindarilah menyajikan tulisan-tulisan yang tidak membangun dan tidak berkualitas meskipun hal-hal seperti itulah yang sangat menarik minat banyak pembaca. Justru, sikapilah hal tersebut dengan menuliskan sesuatu yang berseberangan, sesuatu yang dapat menyadarkan pembaca untuk menjadi lebih baik lagi sehingga hidup mereka lebih berkualitas. Kembali lagi, diperlukan banyak latihan dan pengembangan diri agar tulisan yang kurang diminati pasar pada akhirnya dapat dilirik dan dibaca para pembaca yang menjadi target Anda.
Ø  Milikilah standar tertentu dalam menulis. Sebagai penulis Kristen, Alkitab merupakan standar yang harus dipegang teguh dalam menulis. Tetapkan standar bahwa kita menulis untuk memberikan secercah terang, memberi penghiburan, dan menjadi perpanjangan tangan kebenaran yang seharusnya diketahui pembaca. Penulis Kristen adalah utusan Kristus yang melakukan pekerjaan-Nya lewat tulisan.
Ø  "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16)

UNITY

Proses mengarang adalah proses menggunakan bahasa yang dituliskan. Oleh karena itu, bahasa dalam kegiatan tulis menulis karangan harus jelas. Kejelasan bahasa dalam kegiatan menulis karangan amat penting sehingga mudah dipahami oleh pembaca (Masnur, 2009: 124). Supaya seseorang dapat mengarang maka perlu kecakapan pemakaian bahasa. Sehubungan dengan ini, kecakapan pemakaian bahasa perlu dibinakan kepada anak didik. Dengan demikian, siswa akan memperoleh kemampuan berbahasa tulis atau mengarang dengan tepat dan cermat.
 Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan menulis adalah sebagai berikut:
a.       Penentuan Pikiran Utama
Salah satu cirri utama tulisan adalah adanya kesatuan gagasan antarparagrafnya. Sebuah tulisan (karangan) akan menjadi jelas jika mempunyai kesatuan, yaitu semua detail yang berupa contoh, alasan maupun fakta yang digunakan harus tidak menyimpang dari pikiran utama.
Karangan tersebut ditulis dalam bentuk paragraph dan tiap paragraph mempunyai pikiran utama. Pikiran utama yang paling baik diletakkan pada kalimat pertama paragraf.
b.      Pembentukan Paragraf
Agar sebuah karangan mudah ditangkap pembaca dan jelas akan isi konteks yang diceritakannya, maka perlulah disusun suatu paragraf. Paragraf bisa terseusun dari beberapa buah kalimat yang saling berhubungan sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh untuk menyampaikan suatu maksud.
Dengan demikian, untuk membuat suatu paragraf yang baik, kalimat-kalimat yang disusun hendaknya bertalian arti sehingga arti atau maksud tersebut menjadi jelas.

c.       Penulisan Kalimat
Kalimat dalam karangan harus jelas dan mudah dipahami, karena kalimat tertulis dalam beberapa hal tidak sama dengan kalimat tutur. Kalimat yang jelas dan terang dalam bahasa tutur sulit untuk diterjemahkan dalam bahasa tulis.

 
Kepaduan (coherence)

Paragraf yang baik harus memperlihatkan hubungan antarkalimat yang erat. Paragraf yang dibangun dari kalimat-kalimat yang loncat-loncat berarti paragraf tersebut tidak koheren atau tidak padu. Apabila tidak ada kepaduan (koherensi), loncatan-loncatan pikiran, urutan waktu dan fakta yang tidak teratur akan terjadi sehingga menyimpang dari kalimat topik.
         Uraian di atas merupakan salah satu cara agar kalimat yang disusun dalam sebuah paragraf padu. Cara yang dapat Anda lakukan agar kalimat-kalimat dalam paragraf yang Anda susun padu adalah dengan (1) mengulang kata atau kelompok kata yang sebelumnya sudah disebutkan dengan kata atau kelompok kata yang sama atau dengan sinonimnya, dan (2) menggunakan kata penunjuk itu, ini, tersebut, atau dengan kata di atas, dan (3) membangun urut-urutan ide. 

( semoga bermanfaat  guys ( ^_^  ) please coment

Tidak ada komentar:

Posting Komentar